Perwakilan keluarga bayi 1,5 kilogram yang meninggal dunia, Nadia Anastasya Silvera, telah menyatakan bahwa dia percaya pada takdir Allah. Keluarga besar tetap akan membawa kasus ini ke pengadilan.
Nadia Anastasya Silvera kecewa dengan pelayanan buruk Klinik Alifa setelah kematian pasangannya.
Dia menyayangkan sikap bidan dan perawat yang berada di sana yang seolah-olah tidak memberikan layanan terbaik saat adiknya lahiran.
Keluarga bayi 1,5 kg ini tetap akan mengambil tindakan hukum untuk menghukum klinik. Dalam sebuah posting di akun Instagramnya @nadiaanastasyasilvera pada Rabu 22 November 2023, Nadia Anastasya Silvera telah menyatakan keprihatinannya atas apa yang terjadi kepada keponanakannya.
Namun, yang menjadi masalah adalah peristiwa tragis yang menimpa ponakannya hingga akhirnya meninggal dunia. Kejadian ini mungkin tidak terjadi jika bidan memberikan perawatan intensif kepada bayi 1,5 kg tersebut.
Selain itu, dia menyindir sikap klinik yang tampak bodoh tentang masalah ini.Karena rasa sakitnya, Nadia Anastasya Silvera akan terus mengawasi kasus ini hingga keadilan ditemukan. Kami sekeluarga menyadari dan menyadari bahwa ini adalah rencana Allah, dan kami menerimanya dengan ikhlas.
Namun, kami tidak dapat menerima proses dan perjalanan menuju TAKDIR tersebut. Kami tidak akan melakukannya jika bidan di @klinikalifa telah memberikan layanan terbaik untuk adik saya saat kelahiran dan memberikan perawatan intensif kepada bayi. Kami pasti akan menyadari dan menerima TAKDIR tersebut tanpa tindakan kami yang seperti ini.
Kami manusia bukan hewan, jadi jangan perlakukan kami dengan buruk meskipun Anda memiliki banyak uang. Setelah kejadian ini terjadi, kami berharap tidak ada lagi kejadian serupa, terutama jika ada korban yang meninggal.
Nadia Anastasya Silvera menulis, “Secara manusiawi kami sudah memaafkan, karena Alloh juga Maha Pemaaf, tapi kami akan tetap menjalankan proses.”
Sementara itu, dilaporkan bahwa bidan Twin telah melarikan diri ke luar kota dan belum menanggapi laporan keluarga tentang kematian bayi.
Kasus kematian bayi berbobot 1,5 kg di Tasikmalaya telah menjadi viral di media sosial.
Keluarga korban mengklaim bahwa bidan yang menangani bayi tersebut melakukan kesalahan.
Nama ibunya adalah Dwi Yunita.
Pasangan Erlangga Surya Pamungkas dan Nisa Armila memiliki bayi, dan Dwi Yunita membantu proses melahirkannya.
Saat ini, seorang bidan di Klinik Alifa di Bantarsari, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi perhatian publik.
Netizen masih menunggu klarifikasi Bidan Dwi terkait kasus viral ini.
Postingan tersebut segera menarik perhatian netizen.
Keluarga bayi 1,5 kg yang tidak mau berdamai tegas, dan banyak netizen yang setuju.
Tammytaniar, saya juga menjadi korban lambe turah virus di klinik Alifa. Saya mengalami ketuban hingga akhirnya lahiran di RS. Saya dirawat dengan buruk dari pukul 8:00 pagi di biarin hingga pukul 4:00 sore. Saya baru dirujuk ke RS dan hanya diberi antibiotik 1 biji dan diminta untuk membayar 900 ribu. Klinik Alifa benar-benar mengerikan.
karma_n27: Sangat disayangkan, saya tidak tahu apakah proses persalinannya berjalan lancar. Foto bayi baru lahir benar-benar menarik perhatian saya di sini. Setelah menerima pasien itu dari ambulance dan bayinya lahir segera, saya membawa bayinya ke rumah sakit dengan ambulance. Saya memegang tabung oksigen sendiri dan tangan saya kram karena menahan bayi agar tidak goncang. Kematian adalah takdir Allah, tetapi sebagai manusia, seperti keluarga pasien yang meminta tolong bidan yang baik itu, kami takut kami gatau. Kita juga harus merasakan kesedihan mereka, bawa bayinya ke rumah sakit jika diperlukan, dan bawa ibunya jika kondisinya sudah tidak dapat ditangani di klinik. Itu sebabnya kita bekerja dengan partner dan jika kita memiliki adik mahasiswa, mobilitas kita harus lebih mudah. Sangat menyedihkan.
Windatan: Saya mengunjungi akun Instagram kliniknya baru-baru ini dan melihat bayik baru lahir di pemeriksaan yang dilakukan dengan kamera smartphone saya. Memberikan si debay kekereceman
Sarierachmad: Saya tidak ingin damai. Jika izin klinik dan izin bidannya dapat dicabut, serta dipenjara
Muhammad.andriani: Ini juga baru-baru ini terjadi di puskesmas yang terletak di dekat rumah saya. Pasien dengan pembukaan kedua air ketuban merem, dan dia diminta untuk pulang tetapi tidak diberikan tindakan yang tepat. Saya mending ke bidan atau rs karena saya khawatir tentang nyawa bayi dan ibu jika mereka tidak melakukan apa-apa. Dia mengatakan bahwa pembukaan kedua terjadi, tetapi air ketuban terus mrembes, dan pasien diminta untuk pulang.
Asrinrd: Jika bidan itu informatif dan ramah, komentarnya mungkin membuat pasien marah juga. Sebaliknya, ini tidak memberi informasi kepada pasien bahkan ke gudang gades.
“dekk_taaaaa”: Jika bidan dan perawatnya berusaha untuk menyelamatkan dedeknya, dia pasti masih hidup. Namun, karena bidan dan perawatnya tidak sopan, itulah hasilnya. Ga bisa disebut takdir karena dibuat dengan sengaja oleh manusia.
Nanda03_: Klinik menggunakan identitas pribadi dan mengawasi Dinkes dengan jelas, bukan?atau hanya kongkalingkong, sayang, bangun di klinik sekarang sangat sulit. Jika Anda memiliki sertifikat yang jelas, seperti jika Anda mengatakan bahwa di bidang gigi, identitas dokter gigi harus jelas, bukan?Lulusannya jelas, kan?Dan ada satu klinik gigi yang juga membutuhkan perawat gigi yang bersertifikat, bukan? Jika seorang ibu benar-benar memahami bahwa bayi yang terluka seharusnya berada di inkubator hanya dengan Pampers dan tidak memakai baju selimut, ibu pasti tidak akan melakukannya. Bidan, apakah itu benar? Selain itu, ada etika dalam mengambil gambar pasien lagi… Tidak mungkin saya memiliki perilaku seperti itu. Kode etik bidan ada, kan? Surat izin praktiknya ada, bukan? Jangan gundah yah setiap dunia kesehatan ada yg namanya sumpah ketika sumpah dilanggar dengan kesalahan fatal, melanggar kode etik siap siap baju orange,ucamkan!!!!