Milenial dan Gen Z Khawatir Lapangan Kerja Diganti AI

Perusahaan riset berbasis digital Populix melakukan survei online selama dua minggu melalui platform Poplitenya. Hasilnya menunjukkan bahwa 55% responden, yang terdiri dari milenial dan generasi Z, khawatir bahwa AI akan menggantikan mereka di tempat kerja. Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, merespons hasil survei tersebut.

Menurut Nezar, kemungkinan otomatisasi pekerjaan sekitar 9–47 persen berdasarkan data McKinsey & Company saat ini. Dia mengatakan bahwa karena kemajuan teknologi, otomatisasi mungkin akan terus meningkat, tetapi kemajuan ini tidak harus ditakuti.

Saat dihubungi pada Kamis, 7 Desember 2023, Nezar menjelaskan bahwa semua elemen harus disesuaikan dengan zaman dan mengutamakan faktor humanis. “Yang mana selain kemampuan teknis dan analisis data dan memiliki kemampuan melakukan apa yang tidak dapat ditiru oleh mesin,” katanya.

Kominfo terus meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menguasai teknologi masyarakat untuk menangani situasi tersebut. Pertama, pelajari materi literasi digital untuk memahami masalah digital dasar tentang AI. Ini termasuk pertanyaan tentang keamanan anak dalam konteks AI dan pemahaman tentang berbagai fitur AI.

Kedua, pelatihan keterampilan digital di sekolah menengah. Nezar mengatakan, “Melalui program Digital Talent Scholarship dengan materi pelatihan seperti Machine Learning in Java dan AI for Junior Developer.”

Survei Populix sebelumnya menyatakan bahwa kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan meningkatkan stres dan ketidakpuasan kerja. Namun, beberapa orang percaya bahwa penggunaan AI dapat membuat proses kerja lebih efisien.

Ini karena AI dapat mengotomatisasi tugas sederhana dan berulang, memberi karyawan lebih banyak waktu untuk berkonsentrasi pada bagian pekerjaan yang memerlukan kreativitas. Selain itu, analisis dan wawasan yang digerakkan oleh AI dapat memberikan informasi yang sangat berharga.

“Tujuannya untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan merumuskan strategi agar lebih efektif,” kata Jonathan Benhi, Co-Founder dan CTO Populix, pada Kamis, 30 November 2023.

Karyawan merasa lebih puas dengan hasil kerja mereka karena AI meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. “Sejatinya AI membawa sekumpulan manfaat sekaligus risiko dalam penerapannya,” kata Jonathan.

Selain itu, penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan teknik seperti wawancara dan tinjauan literatur, dan berlangsung pada September 2023. Jonathan mengatakan bahwa kecerdasan buatan adalah senjata yang memiliki dua sisi. Teknologi ini memiliki banyak risiko meskipun menawarkan banyak potensi.

AI menimbulkan kekhawatiran tentang privasi, keamanan, dan bias. Teknologi AI yang berasal dari mesin pembelajaran menimbulkan risiko bias dan diskriminasi ketika digunakan untuk pengambilan keputusan dalam hal persetujuan pinjaman, peradilan pidana, dan perekrutan tenaga kerja.

Sementara itu, Jonathan menyatakan bahwa pengumpulan dan penggunaan data pribadi yang luas untuk penggunaan teknologi AI menimbulkan pertanyaan tentang privasi data. “Hal ini berpotensi pada pelanggaran data hingga penyalahgunaan informasi pribadi.”

Selain itu, serangan siber yang didukung AI semakin canggih, yang menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan daring. Di Indonesia, pendidikan tentang literasi internet kurang diajarkan, yang meningkatkan kemungkinan penipuan yang didukung AI.

Perusahaan di Indonesia disarankan untuk melakukan sejumlah upaya untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab. Misalnya, mereka dapat melakukan audit pada data yang digunakan untuk melatih model AI untuk mengurangi risiko bias dalam penggunaan AI.

 

Mungkin Anda Menyukai