Pala telah lama dikenal karena nilai ekonominya. Dimungkinkan untuk mengolah biji menjadi minyak atsiri. Daging buah pala juga sangat murah dan dapat digunakan untuk membuat manisan, sirup, dan selai. Tumbuhan pala bahkan dapat digunakan secara keseluruhan.
Apakah Anda tahu tempat di Indonesia yang disebut sebagai “Kota Pala”? Kabupaten Fakfak adalah jawabannya. Karena sebagian besar penduduk lokal memiliki lahan untuk menanam pala, tanaman pala adalah komoditas andalan kabupaten ini. Sebagian besar hasil panen pala di sana dikirim ke Pulau Jawa dan sebagian lagi dieskspor.
Masyarakat Kabupaten Fakfak secara umum menyebut Pala Papua sebagai “Pala Fakfak” atau “Henggi”. Pala Papua (Myristica argentea Warb.) tersebar dari Semenanjung Kepala Burung, Papua, sampai dengan Papua New Guinea. Oleh karena itu, Pala Papua disebut sebagai spesies asli dan endemik di Pulau Papua. Namun, persebarannya paling banyak berada di Papua Barat, khususnya Kabupaten Fakfak. Populasi Pala Papua yang ada di Kabupaten Fakfak tersebar di hutan-hutan Pegunungan Fakfak. Biji pala ini disebarkan secara alami oleh burung pemakan pala, yaitu Julang Papua (Rhyticeros plicatus).
Pala Papua merupakan tumbuhan asli Papua yang berbeda spesies dengan Pala Banda (Myristica fragrans Houtt.) yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Kedua spesies tersebut berbeda nyata berdasarkan ciri morfologi sehingga sampai saat ini secara taksonomi kedua spesies tersebut dipisahkan ke dalam dua spesies yang berbeda. Buah Pala Papua berukuran lebih besar dan lebih panjang dari Pala Banda. Selain itu, arilus Pala Papua juga lebih tebal dan lebih berwarna merah. Pala Banda memiliki aroma sangat kuat, sedangkan Pala Papua memiliki aroma yang sedikit lembut. Hal tersebut menciptakan produk aromatik berupa parfum dengan pasar dan target tersendiri.
Keseriusan menggarap komoditas pala ini ditunjang pula dengan adanya Rumah Produksi Pengolahan Pala “Tomandin Fakfak”, yang beralamat di Kecamatan Pariwari, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Proses pengolahan pala dilakukan secara modern sehingga mampu menghasilkan hasil produk yang berkualitas. Selain itu, rumah produksi pala tomandin yang berada di bawah Papua Global Spice ini bekerja sama dengan Kedutaan Besar Inggris dalam pengadaan alat pengeringan sehingga mampu mempercepat proses produksi pala dan memperbesar potensi ekspor. Pemilik Rumah Produksi Pengolahan Pala Tomandin Fakfak, yaitu Hans Sahupala.
Rumah produksi Pala tomandin yang berada di bawah Papua Global Spice ini bekerja sama dengan Kedutaan Besar Inggris dalam pengadaan alat pengeringan sehingga mampu mempercepat proses produksi pala dan memperbesar potensi ekspor. Bupati Fakfak, Untung Tamsil, mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Fakfak bersama para pemangku kepentingan sedang berupaya meningkatkan lahan penanaman pala sebagai upaya untuk meningkatkan hasil produksi tahunan. Saat ini produksinya 18.000 ton per tahun dari 16.000 hektar lahan pala. Mereka akan memanfaatkan lahan-lahan tidur.
Buah Pala yang ada di Kabupaten Fakfak dapat dimanfaatkan semua bagiannya. Namun, berdasarkan informasi petani pala di Fakfak, bagian yang paling berharga adalah fuli atau arilus yang berwarna merah. Bagian tersebut dimanfaatkan sebagai bahan dalam industri parfum, obat-obatan, dan perisa makana. Selain bagian fuli, bagian lainnya juga sangat bermanfaat. Misalnya bagian daging buah atau mesokarp pala yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan sirup, dodol, sale, manisan, permen, jus, selai, dan lain-lain.
Biji pala digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur dan bahan aroma terapi. Bagian kulit bijinya dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti batok kelapa. Pembakaran kulit biji pala menghasilkan api yang tahan lama. Masyarakat umumnya menyebut kulit biji pala ini sebagai “batok pala” karena memiliki struktur kayu yang keras seperti batok kelapa. Pala Papua juga berpotensi sebagai bahan penghasil minyak pala.
Buah pala mengandung trimiristin, salah satu lemak yang bisa dimanfaatkan sebagai aditif untuk kosmetik. Trimiristin yang terkandung dalam biji Pala Papua memiliki nilai yang cukup tinggi, yakni nilai rerata 79,55% dengan kemurnian 99,20%. Trimiristin dapat dimanfaatkan untuk industri sabun, losion, sampo, lipstik, pelumas, dan lemak nabati. Saat ini Indonesia masih melakukan impor trimiristin dari luar negeri. Hal ini tentunya menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk dapat mengisolasi senyawa trimiristin dari dalam negeri karena Indonesia, termasuk Kabupaten Fakfak, merupakan salah satu penghasil terbesar biji pala.